STHE Shell and Tube Heat Exchanger

gambar shell tube heat exchanger

Tipe alat penukar kalor (Heat Exchanger) yang paling banyak digunakan di dunia industri adalah tipe shell dan tube karena dari konstruksinya yang simpel. Alat ini terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan sejumlah tube di bagian dalam. Tipe STHE sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, maupun pembangkit listrik.

Shell and tube heat exchanger (STHE) adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun pendingin. Biasanya medium pemanas dipakai uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai pendingin. Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar per pindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, antar fluida yang terdapat dalam dinding tube dan shell. 

Dalam suatu shell and tube heat exchanger, fluida yang satu mengalir dalam pipa-pipa kecil (tube) dan fluida yang lain mengalir melalui selongsong (shell). Perpindahan panas dapat terjadi di antara kedua fluida, dimana panas akan mengalir dari fluida bersuhu lebih tinggi ke fluida bersuhu lebih rendah. Umumnya, aliran fluida dalam shell and tube heat exchanger adalah paralel atau berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam shell-and-tube heat exchanger menjadi cross flow biasanya ditambahkan penyekat atau baffle. Aliran cross flow yang didapat dengan menambahkan baffle akan membuat luas kontak fluida dalam shell dengan dinding tube makin besar, sehingga perpindahan panas di antara kedua fluida meningkat. Selain untuk mengarahkan aliran agar menjadi cross flow, baffle juga berguna untuk menjaga supaya tube tidak melengkung(berfungsi sebagai penyangga) dan mengurangi kemungkinan adanya vibrasi atau getaran oleh aliran fluida. Secara teoritis, baffle yang dipasang terlalu berdekatan akan meningkatkan perpindahan panas yang terjadi di antara kedua fuida, namun hambatan yang terjadi pada aliran yang melalui celah antar baffle menjadi besar sehingga penurunan tekanan menjadi besar. Sedang jika baffle dipasang terlalu berjauhan penurunan tekanan yang terjadi akan kecil, namun perpindahan panas yang terjadi kurang baik dan timbul bahaya kerusakan pipa-pipa karena melengkung atau vibrasi. Hal ini menunjukkan bahwa jarak antar baffle tidak boleh terlalu dekat ataupun terlalu jauh, ada jarak tertentu yang optimal untuk heat exchanger tertentu.

Berikut prototipe alat bantu penelitian/ training sthe menggunakan material akrilik :



shell and tube heat exchanger

Penggunaan tabung akrilik untuk pembuatan shell tube heat exchanger sebagai alat pembelajaran aliran fluida memiliki beberapa keuntungan, terutama dalam konteks pendidikan atau demonstrasi di lingkungan pembelajaran. Berikut adalah beberapa keuntungannya:
  1. Transparansi: Akrilik adalah bahan transparan yang memungkinkan siswa atau peserta pelatihan untuk melihat dengan jelas aliran fluida di dalam tabung heat exchanger. Dengan melihat secara langsung bagaimana fluida bergerak dan berinteraksi di dalam heat exchanger, siswa dapat dengan mudah memahami konsep aliran fluida, termasuk pola aliran, kecepatan aliran, dan perilaku fluida saat mengalami perpindahan panas.
  2. Visualisasi Proses: Transparansi akrilik memungkinkan siswa melihat langsung proses perpindahan panas dan aliran fluida. Ini membantu memvisualisasikan bagaimana panas ditransfer dari satu fluida ke fluida lainnya melalui dinding tabung, memahami efek perubahan suhu, dan melihat dampaknya pada aliran fluida.
  3. Memperkuat Pemahaman Teori: Dengan menggunakan alat yang transparan, siswa dapat mengkaitkan teori aliran fluida dan perpindahan panas yang dipelajari dengan fenomena yang terjadi di dalam tabung. Ini memperkuat pemahaman mereka tentang konsep-konsep tersebut dan meningkatkan tingkat keterlibatan dalam pembelajaran.
  4. Interaktif dan Menarik: Visualisasi aliran fluida dan perpindahan panas yang dapat diamati secara langsung oleh siswa dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Hal ini dapat memicu minat dan rasa ingin tahu siswa untuk memahami lebih dalam tentang mekanisme aliran fluida dan perpindahan panas.
Meskipun tabung akrilik memiliki banyak keuntungan sebagai alat pembelajaran, perlu diingat bahwa pembuatan heat exchanger dengan tabung akrilik mungkin memiliki batasan dalam hal kemampuan tahan panas, kekuatan mekanis, dan ketahanan korosi. Oleh karena itu, penggunaan tabung akrilik lebih sesuai untuk demonstrasi atau pembelajaran konsep-konsep dasar aliran fluida dan perpindahan panas, dan tidak cocok untuk aplikasi industri atau lingkungan yang memerlukan performa tinggi.


Scrubber

Scrubber dapat di definisikan sebagai alat pemisahan suatu partikel solid (debu) yang ada di gas atau udara dengan menggunakan cairan sebagai alat bantu. Air adalah cairan yang pada umumnya digunakan dalam proses scrubbing, meskipun dapat juga digunakan cairan lainnya. Wet Scrubber berfungsi untuk mengurangi polutan udara yang dihasilkan oleh gas buang industri. dan bekerja seperti layaknya air hujan yang mengikat asap ketika terjadi kabut asap.
Di dalam sebuah wet scrubber terdapat beberapa komponen penting yakni :
  1. Lubang gas ( tempat masuknya gas kotor )
  2. Spray air ( berfungsi untuk mengikat asap/gas kotor )
  3. Sebuah pompa/ blower.


Hasil gambar untuk scrubber column


Urutan cara kerja wet scrubber :
Udara kotor yang keluar dari proses dalam suatu pabrik dimasukkan ke dalam lubang (ruang gas), posisinya tentu di bawah sprinkler ( pembuat spray air ) 
Udara kotor yang mengandung zat berbahaya tadi kemudian di lewatkan ke percikan air , akibatnya gas yang mengandung logam berat akan diikat menggunakan percikan air tadi . 
Udara yang sudah melewati percikan air akan menjadi bersih , dan siap untuk  dilepas ke udara bebas. 

Dalam skala pabrik sesungguhnya secara fisik cara kerja scrubber antara lain :
  1. Impingement (pengontakan) : Suatu campuran gas dengan partikel solid (debu) masuk dengan cepat melalui inlet lalu dikontakkan dengan cairan dengan cara dispray sehingga partikel debu akan tersangkut dalam cairan.
  2. Difusi (penyebaran) : Partikel-partikel solid tersebut dialiri oleh gas yang kemudian menyebabkan partikel tersebut menyebar berupa tetesan-tetesan.
  3. Humidifikasi (melembabkan) : Tetesan-tetesan tersebut lalu difloatasikan (melayang) dengan cara humidifikasi, yaitu mengubah permukaan tetesan-tetesan tersebut menjadi
  4. elektrostatis. Lalu, memisahkannya berdasarkan ukuran tetes (besar dan kecil), cara seperti ini biasanya digunakan untuk debu berkosentrat tinggi dan tergantung pada kondisi spesifik debu dan gas-gas lain yang terlibat.
  5. Kondensasi (pengembunan) : Apabila tetesan-tetesan itu telah mencapai dew point (titik jenuh pengembunan), maka akan terjadi peristiwa pengembunan. Proses yang dilakukan secara mekanik ini akan mengembunkan tetesan lebih efektif dan ukurannya lebih seragam. Mekanisme ini penting untuk gas panas dengan kosentrasi debu yang kecil. Untuk kosentrasi yang lebih besar perlu ditambahkan jumlah proses kondensasi tersebut.
  6. Wetting (pembasahan) : Proses ini sebenarnya tidak berperan penting dalam scrubber. Ini dilakukan agar tidak terjadi naiknya kembali partikel debu setelah menjadi tetesan. (proses pembasahan di lakukan agar partikel-partikel debu yang telah menjadi tetesan tidak ikut keluar bersama gas lagi).

Aliran Vortex

Dalam dinamika fluida, vortex adalah sebuah daerah di dalam fluida dimana sebagian besar aliran bergerak memutar terhadap sumbu imajiner. Pola gerakannya disebut aliran vortex.Vortex dibentuk oleh fluida termasuk cairan, gas, dan plasma. Beberapa contoh umum adalah lingkaran asap, pusaran air, angin pada badai dan tornado, atau sayap pesawat terbang. Vortex adalah sebuah komponen utama dalam aliran turbulen.  Gerakan vortex berputar disebabkan oleh adanya perbedaan kecepatan antar lapisan fluida yang berdekatan.

Dalam pusaran tersebut, kecepatan fluida yang terbesar berada di samping sumbu imajiner, dan penurunan kecepatan berbanding terbalik terhadap jarak dari sumbu imajner. hubungan antara jari-jari vortex dan kecepatan vortex adalah apabila jari-jari vortex semakin besar, maka kecepatan vortex semakin kecil, begitu juga dengan sebaliknya apabila jari-jari vortex semakin kecil, maka kecepatan fenomena vortex semakin besar.
Pusaran sangat tinggi di wilayah inti sekitar sumbu, dan hampir nol di ujung pusaran; sementara tekanan turun tajam saat mendekati wilayah itu. Setelah terbentuk, vortex dapat berpindah, meregang, berputar, dan berinteraksi secara kompleks. Sebuah Vortex bergerak membawa serta momentum sudut dan linier, energi, dan massa di dalamnya.

Sifat-sifat dari pusaran air:
1. Tekanan air di dalam pusaran yang paling kecil adalah di pusat pusaran dan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya jarak pusaran dari pusat. Hal ini sesuai dengan prinsip Bernoulli, dimana tekanan berbanding terbalik dengan kecepatan.
2. Pusat dari setiap pusaran dapat dianggap mengandung garis pusaran dan setiap partikel air dalam pusaran dapat dianggap berotasi digaris pusaran.
3. Dua atau lebih pusaran yang kira-kira sejajar dan berotasi/berputar dalam arah yang sama akan bergabung untuk membentuk sebuah pusaran tunggal.
4. Gerakan rotasi pada pusaran menimbulkan energi yang cukup besar. Apabila suatu benda diletakkan di sekitar pusaran, maka pusaran air seolah-olah menyedot benda tersebut, berputar-putar menuju inti.


Aliran vortex dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip Hukum Bernoulli dengan mempertimbangkan perubahan kecepatan aliran dan tekanan dalam pusaran aliran tersebut.

Dalam aliran vortex, fluida berputar secara spiral atau melingkar di sekitar sumbu tertentu. Ketika fluida berputar, kecepatan aliran di sekitar pusaran vortex meningkat seiring dengan pendekatan ke pusat pusaran dan menurun saat menjauh dari pusat. Prinsip-prinsip Hukum Bernoulli dapat membantu menjelaskan fenomena ini:

  1. Hubungan antara Kecepatan Aliran dan Tekanan: Menurut Hukum Bernoulli, jika kecepatan aliran fluida meningkat, tekanan fluida pada titik tersebut akan menurun. Dalam aliran vortex, kecepatan aliran meningkat saat mendekati pusat pusaran. Oleh karena itu, tekanan di sekitar pusaran vortex akan menurun. Hal ini bisa diamati pada tornado, di mana tekanan di pusat pusaran menjadi sangat rendah.

  2. Prinsip Kontinuitas: Prinsip Kontinuitas menyatakan bahwa volume aliran fluida yang masuk ke suatu area harus sama dengan volume aliran fluida yang keluar dari area tersebut. Dalam aliran vortex, ketika fluida berputar, area penampang aliran di sekitar pusaran akan berkurang karena kecepatan aliran meningkat. Dengan demikian, untuk mempertahankan volume aliran yang konstan, kecepatan aliran fluida di sekitar pusaran harus meningkat.

Kombinasi dari kedua prinsip ini menghasilkan perubahan kecepatan aliran dan tekanan dalam aliran vortex. Peningkatan kecepatan aliran menyebabkan penurunan tekanan di sekitar pusaran, dan sebaliknya. Fenomena ini membentuk gaya sentrifugal yang mempertahankan aliran vortex.

Namun, penting untuk diingat bahwa prinsip-prinsip Hukum Bernoulli secara ideal berlaku pada aliran fluida yang tidak memiliki gesekan internal yang signifikan. Pada aliran vortex sebenarnya, ada banyak faktor kompleks yang mempengaruhi aliran, seperti viskositas fluida, turbulensi, dan interaksi antara partikel-partikel fluida. Oleh karena itu, untuk memahami aliran vortex secara menyeluruh, perlu melibatkan konsep-konsep yang lebih lanjut dalam mekanika fluida.


Reaktor Trickle Bed

Trikcle bed reactor merupakan kolom penghubung antara gas-cair-padat di mana aliran cairan mengalir ke bawah di atas unggun katalis dalam bentuk droplet atau berupa tetesan dengan perbedaan tekanan yang berfungsi sebagai kekuatan pendorong. Aliran gas dapat mengalir bersamaan dengan cairan atau berlawanan dengan arus melalui unggun. Reaktor trickle bed terutama dioperasikan dalam mode kontinu tetapi kadang-kadang digunakan dalam proses semi-batch.

Reaktor Trickle bed dinamai demikian untuk operasinya dalam rezim aliran tetesan. Rezim ini ditandai dengan aliran stabil dari aliran cairan dan gas melalui unggun, mirip dengan aliran laminar dalam sistem fase tunggal. Rezim di mana sistem beroperasi tergantung pada kecepatan aliran cairan dan gas. Reaktor Trickle bed juga dapat dijalankan dalam sistem pengaliran, semprot, atau aliran tergantung pada aplikasinya.
Model reaktor trickle bed terdiri dari tangki berbentuk tabung dengan pelat saringan di dekat bagian bawahnya untuk menopang unggun yang dikemas, dan saluran masuk dan outlet untuk aliran cairan masing-masing di bagian atas dan bawah reaktor. Saluran masuk gas dapat terletak di bagian atas atau di bawah, tergantung pada prosesnya, dengan outlet berada di ujung yang berlawanan. Tutup gelembung, distributor pelat saringan, atau lapisan halus partikel yang tidak bereaksi ditempatkan di bagian atas unggun untuk memastikan distribusi cairan yang seragam di seluruh unggun.
Faktor kehandalan kinerja dari reactor trickle bed adalah jenis bed yang digunakan. Konfigurasi  unggun apakah pengemasan acak atau pengemasan terstruktur serta bentuk bed yang digunakan, akan mempengaruhi sifat-sifat seperti penurunan tekanan dan area pelapisan katalis.

Area pemakaian
Reaktor Trickle bed berperan dalam proses hidroprosesor di industri perminyakan untuk menghasilkan bahan bakar yang lebih bersih. Minyak bumi cair mengalir dengan gas hidrogen tekanan tinggi pada kecepatan yang relatif rendah untuk memperpanjang waktu tinggal dalam sistem. Reaksi pada permukaan katalis menghilangkan polutan seperti sulfur dan nitrogen dari minyak bumi. Ini biasanya adalah reaktor yang sangat besar yang sesuai dengan skala produksi besar di industri.
Reaktor trickle bed juga berguna dalam beberapa proses pengolahan air limbah. Reaktor ini digunakan untuk mengoksidasi fenol beracun dalam air limbah menjadi karbon dioksida dan air yang tidak beracun. Reaksi oksidasi sangat eksotermik, sehingga aplikasi ini dapat menyebabkan masalah perpindahan panas dan keamanan dalam sistem.

Hubungi KONTAK

airlift reaktor

Pengembangan dari reaktor gelembung/ buble reactor adalah Airlift Reaktor (ALR).
Perbedaan utama antara reaktor jenis airlift reactor (ALR) dengan jenis lain seperti jenis bubble colums adalah dari jenis aliran media di dalam reaktor. Pada reaktor bubble column biasanya gas diinjeksi dari dasar reaktor dan menghasilkan pergerakan dari percampuran gas dan media secara tak beraturan dari dasar ke atas reaktor. 



Sementara pada ALR reaktor, sirkulasi utama gas dan media ditentukan oleh desain reaktor yang mempunyai saluran pencampuran ke atas (riser) dan ke bawah (down comer). Saluran ini akan menentukan kecepatan tercampurnya antara media dan gas, sehingga ukuran diameter dan tinggi saluran sangat tergantung pada kepentingan pembuatan reaktor. 
Reaktor airlift mempunyai bagian-bagian utama yang mempengaruhi pola aliran media yang diperhitungkan dalam perakitannya antara lain: 
Top Clearance (Cl) : jarak antara penutup reaktor atas dengan media 
Area Ratio (Ad/Ar) : perbandingan antara luas permukaan downcomer dengan riser 
Tinggi Reaktor (h) : tinggi antara dasar dan penutup atas reaktor 
Bottom clearance (Cb): jarak antara dasar reaktor dengan tube gas input 


Hasil gambar untuk komponen reaktor airlift
 gambar skema reaktor airlift

Dibandingkan dengan reaktor gelembung, airlift reaktor memiliki beberapa kelebihan diantaranya :

1. Proses pencampuran dan pergerakan media dalam reaktor dilakukan simultan dengan injeksi gas sehingga tidak memerlukan suplay energi lagi. 
2. Pencampuran gas dan media merata ke segenap ruang dalam reaktor, sehingga distribusi biomass, nutrien dan gas-gas merata.

Beberapa variabel yang mempengaruhi sirkulasi media diantaranya 
Riser. Pada ruang riser, gas dan liquid mengalir ke atas, dan kecepatan gas pada umumnya lebih tinggi daripada kecepatan liquid, kecuali pada keadaan homogenous flow dimana gas dan liquid mengalir dalam kecepatan yang sama. Hal ini terjadi bila bubble yang sangat kecil terbentuk.
Downcomer. Pada ruang downcomer, media akan mengalir dan membawa bubble.

Beberapa desain pengembangan airlift reaktor terus disempurnakan untuk mendapatkan reaktor yang sesuai untuk menjawab berbagai kebutuhan.

Hasil gambar untuk airlift column reactor

MENERIMA CUSTOME PEMBUATAN REAKTOR KOLOM  BERBAHAN AKRILIK

HUBUNGI PADA KONTAK

Moving Bed Biofilm Reactor MBBR


Sistem moving bed biofilm reactor adalah adalah sebuah konsep teknologi yang sangat efektif dalam pengolahan limbah cair secara biologis, konsep ini pertama kali ditawarkan oleh pemerintah Norwegia pada tahun 1980 yang bertujuan untuk mengurangi beban nitrogen dalam air laut. Ide dasar dari sistem ini adalah untuk mendapatkan sistem pengolahan air limbah dengan operasi yang berjalan terus menerus yang mencegah clogging (mampat/ buntu) sehingga tidak membutuhkan proses backwash, dan mampu  menurunkan kehilangan tekanan (headloss), dengan luas permukaan biofilm yang besar. Hal ini didapatkan dengan menumbuhkam/membiakkan biofilm/biomass di dalam media (biocarrier) kecil yang bergerak di dalam reactor.
Dalam sistem ini, bahan pencemar (substrat) yang terkandung dalam air limbah akan tercampur sempurna di dalam sebuah reaktor, dimana mikroorganisme yang hidup di dalam limbah akan tumbuh melekat pada media plastic biocarrier  dan terakumulasi membentuk lapisan biomassa (biofilm) pada permukaan media tersebut. Media-media tersebut memungkinkan konsentrasi biomassa yang besar yang dapat terjadi di dalam reactor, jika dibandingkan dengan proses biakan tersuspensi, seperti pada proses pelumpuran konvensional. Hal ini dapat meningkatkan kapasitas pengolahan biologis pada volume reaktor yang sama, sehingga menghasilkan effisiensi yang lebih baik.
Media plastic biocarrier didesain sedemikian rupa sehingga memiliki berat jenis yang lebih rendah dibandingkan dengan air sehingga memudahkannya bergerak, plastik jenis HDPE umumnya dipakai karena memiliki berat jenis 0,95 g/cm^3, desain biocarrier sedapat mungkin menyediakan luas permukaan yang besar sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme. 

biocarrier plastic
biofilm yang terjerap pada biocarrier
Di dalam reactor media plastic biocarrier akan berada dalam posisi terus bergerak, pergerakan ini disebabkan oleh energi sistem aerasi buatan yang berasal dari mesin blower/aerator ataupun dengan pengadukan mekanik. Kemampuan sistem ini sangat baik pada kondisi pengadukan yang menghasilkan turbulensi, sehingga proses penyerapan oksigen pada substrat akan lebih optimal. Pengadukan yang lebih merata akan meningkatkan performa dari sistem pengolahan air limbah. Biofilm ideal yang terbiakan pada biocarrier adalah terbentuknya lapisan yang cukup tipis dan terdistribusi merata pada permukaannya untuk itu turbulensi yang merata adalah hal penting. Dalam beberapa kasus, dimana turbulensi terlalu rendah, biofilm yang dihasilkan sangat banyak hingga biofilm juga terbentuk di dalam rongga media, sehingga mempersempit lintasan air dan substrat untuk biofilm.
Reaktor Moving Bed Biofilm Reactor menggunakan saringan untuk memisahkan media biocarrier bergerak dalam reaktor dengan air olahan yang keluar sebagai overflow dari reaktor. Waktu tinggal media di dalam reactor yang cukup, ditambah lagi dengan pengadukan substrat yang merata dalam air limbah mendorong seleksi dan pengayaan mikroba untuk tumbuh sesuai dengan konsentrasi substrat yang diterima oleh mikroba di dalam kondisi reaktor yang stabil.



MENERIMA CUSTOM PEMBUATAN TABUNG ACRYLIC UNTUK BIOREAKTOR

Reaktor Gelembung (Bubble Column Reactor)


Dari berbagai macam reaktor yang digunakan untuk kontak fase gas-cair, diantaranya dikenal reaktor kolom gelembung (bubble column reaktor). Reaktor jenis ini banyak digunakan pada proses industri kimia dengan reaksi yang sangat lambat, proses produksi yang menggunakan mikroba (biorektor) dan juga pada unit pengolahan limbah secara biologis menggunakan lumpur aktif.

Pada dasarnya, reaktor gelembung adalah reaktor dua fasa, yaitu gas dan cairan, yang berbentuk vessel silinder dengan distributor gas (sparger) di bagian bawah reaktor. Fluida berfasa gas didispersikan melalui sparger, sehingga terbentuk gelembung gas yang kemudian bergerak melalui fluida berfasa cair yang berada di dalam vessel.

Pada pengembangan reactor gelembung selanjutnya, gelembung gas bergerak melalui suspensi yang merupakan campuran fluida berfasa cair dan padatan. Reaktor gelembung model ini dinamakan dengan reaktor gelembung tiga fasa atau slurry bubble column reactor (SBC).

Reaktor kolom gelembung diaplikasikan  secara  luas  sebagai  kontaktor  dan reaktor mutifasa di industri kimia, biokimia, petrokimia, dan juga  metalurgi  material. Reaktor kolom gelembung tiga fasa digunakan dan dioperasikan dalam teknik reaksi, yaitu dengan adanya katalis dan aplikasi biokimia dimana mikroorganisme yang digunakan sebagai suspensi padat untuk menghasilkan bioproduk dalam skala industri. 

Aplikasi reaktor kolom gelembung dalam penggunaannya sebagai bioreaktor dimana mikroorganisme terlibat untuk menghasilkan produk industri seperti enzim, protein, antibiotik, dan lain sebagainya. Beberapa studi biokimia terbaru yang menggunakan kolom gelembung sebagai bioreaktor antara lain : Thienamycin menggunakan biokatalis Streptomysces cattleya ; Gluco amylase menggunakan biokatalis Aureobasidium pullulans; asam asetat menggunakan biokatalis Acetobacter aceti, asam organik menggunakan biokatalis Eubacterium limosum, Fermentasi etanol menggunakan biokatalis Sacharomyces cerevisiae.

Pada proses fermentasi, fasa gas (oksigen) dipompakan dan didispersikan ke dalam reaktor. Hasil pendispersian fasa gas ini adalah gelembung yang kemudian bergerak naik ke atas reaktor. Selama mengalir ke atas, gas dari gelembung bereaksi dengan sel. Hasil reaksi fermentasi adalah sel dengan konsentrasi dan produktivitas yang lebih tinggi.

Reaktor ini memiliki keuntungan selama proses operasi dan perawatan seperti laju transfer panas dan massa yang tinggi, kepadatan yang tinggi, dan rendahnya harga operasi dan  perawatan reaktor.



Prototype tangki pengolahan limbah cair

Circulating Cyclone Fluidized Sand Bed Filter Reactor

MENERIMA CUSTOMIZE REACTOR COLUMN BERBAHAN ACRYLIC
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...